Rabu, 13 Februari 2013

COBA TANYAKAN




Mungkin cukup untuk semacam duri di serpihan kaca
kali pertama yang tak sempat terbopong oleh linang ini.

hingga, berangsur saja satu yang pasti itu keliru
beramah-tamah dengan beringsutan kabut di memar langit.

mereka hanya melirik tajam dan terangkat sinis.
jangan tanya mengapa ? tapi apa yang ia perbuat !

Sabtu, 19 Januari 2013


Tak Mungkin Lagi

Tak perlu menunggu awan berpaling kelabu,
Karena di kala senja air itupun telah deras
Yang lalu menghantam sebagian warna pucat paras yang terusik kelu
Biarkan saja dia merajuk,karena memang tak ada jawaban untuk acara ini

Angin sedikit berdeham, cukup berat, cukup singkat
Tak khayal kurasa jika cerukcuk kecil berhenti bersiul
Dia tahu bahwa bumi akan terhenti kala itu
Dan pengorbanan tetes Kristal di sayapnya akan tiada guna

Selembar kebahagiaan itu hilang dengan hantaman kecil di akhir tahun
Segala hal yang nyata akan menjadi mimpi baginya
Jalan berbatu didepannya terus saja  merayu,
Bagaimana bisa berkelana antara dunia dan alam baka.

Rabu, 16 Januari 2013


Masih Ada Tuhan

                Bukan salah siapapun jika nyatanya hujanpun tak mampu menghapuskan dosa terkutuk itu, Nadia terus berlari tanpa menghiraukan petir yang terus saja turun bergantian, butiran bening yang terlambat terbendung itu begitu saja lenyap menyatu dengan hujan. “aaaaaaaaarrgggghhhh….” Teriak Nadia sekuat tenaga, “tidak, jangan lagi, tiddaaaaakk ! jangan ganggu aku, kau telah merebut apa milikku, jangan ganggu aku lagi !” bayangan lelaki itu tak hentinya muncul dalam pikirnya. lelaki yang dulu sangat ia cinta, tapi seketika kandas hingga akhir kisah itupun tercipta.
                Nadia adalah anak yang cantik, pandai dan selalu mengikuti nasehat orang tua. Dia adalah salah satu yang dibanggakan dari desa Nuntunbanyu karena kecantikan dan suaranya yang merdu, hingga dia menjuarai satu perlombaan menyanyi dan membuatnya besar kepala yang kemudian semakin berubah ketika ia mulai mengenal Vino cinta pertamanya. Nadia yang sebelumnya berkata lembut, sekarang berubah menjadi kasar, bahkan kepada orang tuanya, Nadia mulai berani mengambil uang ayahnya yang telah di cari dengan susah payah hanya untuk membuat teman-temannya semakin terkesan dengannya,  dia juga mulai terjerumus ke dalam hal-hal yang sering di alami anak muda jaman sekarang, “Pergaulan Bebas”. Malam itu Nadia mendapati janji untuk pergi dengan Vino, “Nak, kamu mau kemana?” Tanya ibu , “hanya pergi sebentar  sama Vino” jawab Nadia datar, “pergi kemana? Ini sudah malam nak.” “udah deh ibu nggak usah banyak tanya ini urusan Nadia” bentak Nadia, “Astagfirullahaladzim, Nadia ibu hanya takut terjadi apa-apa sama kamu” “Nadia bisa jaga diri” blak.. dengan amarah Nadia membanting pintu dan berlalu. setelah kejadian itu Nadia berniat untuk tidak pulang dan memilih menginap di kontrakan Vino, tapi na’as karena keputusan tersebut  Nadia menjadi kehilangan kendali dan terenggut kesuciannya, sedangkan Vino entah menghilang kemana setelah itu. Nadia merasa galau dan putus asa dia tak tau lagi apa yang harus dia lakukan , Nadia tak mungkin pulang ke rumah dia takut dan yang pasti malu kepada keluarganya.
                Hujanpun semakin deras namun Nadia terus saja berjalan hingga akhirnya dia tak sadarkan diri, kala itu jarang pejalan kaki bahkan tak banyak kendaraan yang berlalu lalang di jalan yang di lewati Nadia, setelah beberapa menit berlalu,  “innalilah, siapa ini ? dia butuh pertolongan aku harus menolongnya.” Lelaki tersebut segera membawa Nadia untuk sekedar berteduh di Masjid terdekat. “eghm,, saya di mana? Apakah saya telah meninggal?” keluh Nadia seusai kesadarannya, “haha, tidak nona anda sedang berada di masjid, maaf jika saya lancang membawa nona kemari, silahkan minum dulu tehnya nona pasti kedinginan” ucap lelaki itu, “iya terimakasih banyak, anda baik sekali (sembari meneguk teh) maaf sebelumnya nama anda siapa? Mengapa anda menolong saya ? “ kata Nadia “nama saya Mandala, saya menolong anda tidak ada maksud apapun selain hanya untuk membantu sesama, dan nona? Siapa nama nona? Mengapa nona berjalan sendiri di tengah hujan petir seprerti ini?” “Nama saya Nadia, emm saya kabur dari rumah, saya merasa malu bila saya terus saja berada di rumah orang tua saya” jawab nadia tertunduk lemas, “mengapa harus malu? Jika memamng ada masalah Nadia bias cerita kepada saya, saya akan menjadi pendengar yang baik tentunya, dan anda dapat mempercayai saya” “tolong jangan beri tahu siapapun soal ini, sebenarnya aku malu kepada keluargaku karena aku telah melakukan kesalahan yang sangat fatal, hhhhhmm (hela nafas Nadia begitu berat) aku telah kehilangan kesucianku dan lelaki itu kabur entah kemana setelah merenggut semua itu, aku ternoda, aku kotor.” Kata Nadia dengan penuh amarah di sertai tangis yang baru terisak. “astagfirullahaladzim, Nadia yang sabar ya, Allah pasti punya rencana yang terbaik untukmu percayalah bahwa di hidupmu masih ada Tuhan yang perduli dan mengasihimu “ “Mandala apakah saya masih pantas untuk berharap bahwa Allah akan memaafkan kesalahanku itu? aku takut jika nantinya Allah akan memberikan karma kepadaku, terlebih ibuku dia sangat baik dan menyayangiku, “ tanya yang berarti “ Nadia kamu pasti percaya bahwa Allah maha pemaaf apabila hambanya bersungguh-sungguh memohon ampunan untuk bertaubat, jadi jika memang kamu ingin kembali ke jalan yang benar jangan pernah berfikir gagal dan takut, kembalilah dan dan pulang kepada orang tuamu di rumah, “ “baiklah mandala aku akan bertaubat dan pulang meminta maaf kepada keluarga di rumah,” senyum Nadia mengembang seketika dengan rasa semangat di maknanya, “yasudah, mari kita sholat ashar, ini sudah waktunya” “iya Mandala terimakasih banyak, anda benar-benar malaikat penolong bagi saya” mandala hanya membalas dengan senyum ikhlasnya.
                Setelah selesai menunaikan sholat, Nadia berpamitan kepada Mandala untuk pulang ke rumah dan meminta Mandala untuk mampir bila ada waktu. Sesampainya di rumah Nadia langsung mencari ibunya dan kemudian bersujud din telapak kaki ibunda “ maafkan Nadia bu, Nadia memang salah, Nadia memang tidak seharusnya berkata kasar kepada ibu, maafkan Nadia karena tidak mau menuruti apa kata ibu sampai Nadia kehilangan kesucian Nadia (Nadia mulai menangis dan mempererat genggamannya di kaki ibunda) maafkan Nadia bu” “sudahlah nak, bangun, ibu tidak apa-apa itu semua sudah terlanjur dan tak akan pernah bisa di ulang lagi, kembalilah ke jalan yang benar dan jangan pernah tinggalkan ibu lagi, “ ucap ibu seraya memeluk anak perempuannya itu, “terimakasih ibu, Nadia sangat menyayangi ibu” saat itu tangis bahagia mengelilingi rumah kecil di sudut desa mangkubumi (terimakasih ya Allah hamba janji akan selalu menjaga keluargaku dan kembali ke jalan-Mu, terimakasih atas kebahagiaan ini Tuhan , saya tau setiap kesulitan pasti akan tetap ada kemudahan, Alhamdulillah) Nadia percaya bahwa Masih ada tuhan dalam hidupnya.

THE END

Jumat, 28 September 2012

Di Gubuk Tua Itu


Kaki Pak Doko  sudah tak mampu menopang  tubuhnya yang bukan lagi kekar seperti dahulu, matanya berkeliling mencari tempat teduh untuknya beristirahat,dan di dapatinya sebuah gubuk tua yang dari tata latarnya menunjukan bahwa tak pernah ada yang singgah kesana.  Dengan berjalan sempoyongan Pak Doko yang sebenarnya setengah sadarkan diri itu menuju ke arah gubuk yang dilihatnya tadi, dalam hati dia berharap semoga masih ada orang yang perduli padanya di dalam gubuk tersebut. Tetapi  Pak Doko sudah tak tahan lagi dan langsung tergeletak di depan pintu gubuk tua itu.
            Selang beberapa jam kemudian, Pak Doko tersadar dari tidur pendek yang tidak di inginkannya itu. Dengan heran Pak Doko berkata “ini di mana? Apakah ini neraka?” , “bukan pak ini rumah saya” sahutan singkat  yang nyatanya membuat Pak Doko semakin takut karena tak ada satu sosokpun yang keluar  saat suara itu terdengar . “si,si,siapa kamu? “ Tanya Pak Doko terbata-bata. “itu tidak penting, sekarang makan dan minumlah apa yang ada di meja itu, lalu kembali tidur” begitulah kata suara misterius itu, dari nada suaranya yang berat bias di pastikan bahwa itu seorang lelaki dewasa. Karena penasaran Pak Doko berusaha beranjak dari tempat tidur dan menghampiri seseorang yang berada di balik tirai ungu, yang sebenarnya juga tidak dapat menutupi seluruhnya dari tubuh lelaki itu. “jangan mendekat” katanya tangkas, begitu terdengar suara langkah kaki yang mendekatinya, Pak Doko menurutinya dan kembali ke tikar lusuh tempat dia tidur tadi, meskipun rasa penasaran masih saja berputar dalam otaknya yang sudah setengah abat lebih itu berfungsi. Karena sangat kelelahan setelah berjalan berpuluh-puluh kilometer  jauhnya, Pak Doko kembali  terlelap tapi kini benar-benar tidur yang istirahat. Entah manusia atau bukan sesungguhnya penghuni gubuk itu, satu sosok yang sangat misterius. Dia dengan senang hati mau menolong seorang kakek tua renta yang bahkan, mungkin dia tak mengenalnya. Semua itu penuh misteri, begitu sulit bagi Pak Doko ontuk memikirkan kebenarannya.
            Keesokan harinya sepiring nasi rames dan teh hangat siap santap, sudah menempatkan drinya di atas meja, Pak Doko memang sangat lapar karena seharian kemarin dia tidak makan sesuap nasipun. Sangat lahap dia makan, seperti orang tidak makan berminggu-minggu. Usai menghabiskan makanan yang ada di depannya Pak Doko memberanikan diri keluar ruang tidurnya yang tidak layak di sebut kamar itu, dia hanya berjalan-jalan di sekitar gubuk berharap dapat melihat orang yang telah menolongnya, tetapi tak seorangpun ia dapati di sana. Dia hanya mengamati apa saja yang ada di gubuk tua itu, sungguh bukanlah rumah yang pantas di huni, dinding masih terbuat dari kayu yang sudah hampir habis termakan rayap. tak ada satupun perabotan rumah yang berharga, hanya ada satu tape yang sepertinya juga setua gubuk itu. Pak Tono menghabiskan waktunya hari ini dengan hanya mendengarkan radio dan kembali tidur, itu berlangsung sampai  1 minggu lamanya.
            Sampai pada suatu hari ketika Pak Doko mulai resah dan bertanya-tanya gila tentang siapakah malaikat penolong itu, dia memiliki gagasan untuk mengendap-endap ke kamar sebrang untuk sekedar mengetahui bagaimana raut wajah malaikat penolong tersebut. Dan benar saja ada seorang lelaki yang tengah tidur terlentang  di sebuah ranjang yang lagi-lagi sudah tua dan usang, Pak Doko mendekat dan mengamati wajah lelaki itu. “Marja” ucap Pak Doko setengah bergetar,sontak lelaki paruh baya tersebut terbangun dan terkrjut mendapati Pak Doko sudah berada di hadapannya. “Ayah” balasnya tertunduk. “Marja mengapa kau tak bilang jika yang menolongku itu engkau nak !” “maafkan Marja ayah, Marja hanya tak ingin ayah marah dan pergi apabila Marja menunjukkan wajah Marja”kata Marja tak kuasa menahan tangis “ayah menyesal telah membuatmu hidup seperti ini, maafkan ayah yang selalu membuatmu menangus dahlu, maafkan ayah yang telah mengusirmu dari rumah untuk hanya dapat menikah dengan wanita si**** itu,ayah…” belum sampai kata terakhir Pak Doko berucap Marja langsung mendekap ayah yang telah lama tak di jumpainya itu “ sudahlah ayah, sekarang yang terpenting Marja bias sama ayah lagi, Marja sayang ayah. Ayah jangan pergi ya ! tinggal di sini. “ demikian ungkap marja kepada pak Doko, yang tak berbalas satu katapun. karena Pak Doko telah larut dalam tangis kebahagiaan di pelukan anaknya itu. Hanya sebuah anggukan kepala yang mewakili sebuah isyarat bahwa mereka akan hidup bahagia bersama di gubuk tua itu.